Catatan Awal, di Akhir Ramadan

Saya menulis catatan ini dengan perasaan yang sulit untuk saya terjemahkan melalui deretan huruf.

Saat ini, saya baru saja pulang dari rumah mertua saya setelah berkumpul bersama untuk menyaksikan sidang isbat penentuan akhir Ramadan. Ternyata, setelah berpuasa selama 29 hari, besok pagi kami sudah bisa merayakan kemenangan. Beberapa anak kecil yang tinggal di sekitar rumah mertua saya pun langsung berkumpul dengan menenteng ‘instrumen’ yang berhasil mereka temukan–ada yang mengangkut jerigen kosong, ada yang membawa kardus bekas–dan mulai berkeliling melakukan takbiran.

Di antara suara takbir riang mereka dan kelegaan orang-orang yang saya temui karena sudah menuntaskan kewajiban berpuasa sebulan penuh, saya sibuk dengan pikiran saya sendiri.