Weekend di Jakarta

Akhir minggu lalu, saya dan suami diundang untuk menghadiri pernikahan seorang teman di daerah Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada hari Sabtu. Karena acara berlangsung siang hari, kami memutuskan berangkat hari Sabtu pagi, tentunya langsung dengan mengenakan pakaian kondangan. Saya pun memutuskan untuk ber-makeup di mobil, supaya tidak tertidur dan bisa sambil menemani suami saya ngobrol sepanjang jalan.
Besoknya, seperti biasa, saya berlari pagi. Bedanya, pagi itu titik finish saya ditentukan di rumah makan Bubur Kwang Tung yang ada di Jln. Wolter Monginsidi karena saya, suami, dan kedua orang tua saya akan menyantap sarapan di sana. Siapa sangka, ternyata salah seorang pegawai di sana mengenali suami saya karena sudah lama menyukai karya-karya band-nya 😀
12 Jam Berkendara ke Bandung
Saya dan suami saya berangkat kembali menuju Bandung setelah waktu shalat maghrib. Setelah menyempatkan makan malam dulu bersama dengan seorang teman, sekitar pukul 21:00 kami memasuki jalan tol yang akan membawa kami pulang. Karena sudah terjadwal untuk mengajar kelas di hari Senin pagi, maka saya memutuskan untuk beristirahat di sepanjang perjalanan. Setelah melepas softlens, saya pun mulai memejamkan mata.
Sekitar satu jam setelah mencoba tidur, saya terbangun dengan melihat pemandangan yang sudah tidak asing, yaitu pintu gerbang tol Cikarang Utama di sekitar km 30. Suasananya padat kendaraan dan macet. Ketika itulah, tiba-tiba suami saya mengeluarkan kalimat yang seketika mengubah ekspektasi kami pada perjalanan pulang.
“Eh, kok overheat sih?”
Saat saya mengintip, ternyata benar. Lampu indikator suhu mesin sudah menyala merah. Karena kami pikir itu adalah akibat dari terjebak di kemacetan, suami saya memutuskan untuk mematikan mesin sejenak–dengan harapan ketika jalanan mulai lancar, mesin mobil pun sudah kembali normal.
Singkat cerita, harapan itu tidak langsung terwujud. Kami pun baru memasuki gerbang tol Pasteur pukul 09:00 pagi keesokan harinya.
Sabun Beraroma Mint

On a completely different note, saya ingin sedikit berbagi tentang sabun. Hahaha, iya saya paham ini agak random, tapi tolong disimak dulu saja 😆

Jadi, salah satu trik favorit saya untuk menghindari sensasi pegal-pegal setelah berolah raga–yang memiliki nama ilmiah Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS)–adalah segera mandi setelah selesai stretching dengan menggunakan air dingin. Tentunya ini bukan trik yang saya temukan sendiri–karena saya sendiri membenci mandi dengan air yang tidak hangat. Saya mendengar tips ini pertama kali dari sesama penggemar lari beberapa tahun yang lalu (yang–mohon maaf–saya juga sudah lupa siapa). Tapi beberapa artikel yang menjelaskan lebih lanjut tentang ini bisa ditemukan dengan mudah di internet, misalnya [link], [link], dan [link].
Nah masalahnya, beberapa hari belakangan ini, udara Bandung sedang dingin sekali tiada ampun. Jangankan untuk mandi air dengan air dingin, ketika berlari maupun beryoga saja tubuh saya baru mulai terasa hangat setelah 15-20 menit. Tentu dalam situasi seperti ini, ide untuk mengguyur tubuh dengan air bersuhu dingin jadi semakin terdengar tidak masuk akal.
Ketika inilah, saya mencoba bereksperimen dengan sabun cair yang kebetulan saya beli beberapa minggu yang lalu.

Sabun cair dari Original Source [link] ini memiliki aroma mint dan tea tree. Sekilas, aromanya tidak jauh berbeda dari pasta gigi, dan setelah selesai digunakan akan meninggalkan sensasi sejuk di permukaan kulit. Sensasi ini agak sulit untuk saya jelaskan dengan kata-kata, sebenarnya. Tapi kurang lebih mungkin rasanya seperti mengoleskan seluruh tubuh dengan balsem 😀 ‘Sensasi balsem’ inilah yang saya rasa cukup membantu saya untuk mencapai efek yang mirip dengan mandi air dingin pasca berolah raga–tanpa rasa menggigil dan shock yang sama.
Kalau ada yang pernah memiliki pengalaman serupa, atau tertarik untuk mencoba tips ini, boleh lho membagikan ceritanya di comment 😀
Deep Sleep
Dilema saya sepanjang minggu kemarin adalah seputar deep sleep. Saya sempat menjelaskan di InstaStory bahwa Amazfit Bip mengungkapkan fakta kurang menyenangkan tentap kualitas tidur saya, yaitu bahwa saya sangat kekurangan deep sleep. Begitu mengenaskannya kualitas deep sleep saya, sampai saya tergolong dalam 3-6% pengguna Amazfit Bip dengan kualitas tidur terendah. Untuk saya yang terkenal cukup ‘rajin’ dalam hal tidur, tentu ini mengejutkan.
Berkat usul teman-teman yang melihat InstaStory saya itu, akhirnya saya memutuskan untuk mengubah beberapa kebiasaan saya saat tidur malam. Saya mulai membiasakan tidur dalam ruangan yang benar-benar gelap, dan meninggalkan layar ponsel, TV, serta komputer paling lambat satu jam sebelum saya tidur. Saya juga mencoba menyemprotkan linen spray dengan aromaterapi lavender ke bantal dan selimut untuk memperoleh efek rileks yang lebih dalam.
Sayangnya, kualitas deep sleep saya masih saja belum membaik secara signifikan sampai akhirnya saya tidak sengaja menemukan sendiri sebuah langkah yang paling ampuh untuk mendapatkan deep sleep yang saya idamkan. Ada yang kira-kira bisa menebak nggak ya, langkah super duper simpel ini? 😀
Itulah beberapa cerita tentang keseharian saya minggu kemarin. Mudah-mudahan ada yang bisa membawa manfaat, atau setidaknya cukup menghibur 😀
Hope you had an awesome week!
Namasté 🙂