Workshop “Art of Adjustment” Bersama Fei

Hari Sabtu tanggal 5 Maret kemarin, saya berkesempatan mengikuti workshop yoga di Rumah Djuanda yang berjudul “Art of Adjustment”. Narasumbernya adalah Fei, pemilik studio yoga Fei’s Place di Bogor. Seperti biasa, workshop yoga memakan waktu paling tidak hampir seharian. Untuk workshop kali ini, dijadwalkan untuk dimulai pada pukul 10:00 dan selesai pukul 16:00.

Untuk saya pribadi, tema adjustment dalam yoga memang selalu menarik untuk dipelajari. Dulu, saya bener-bener nggak kebayang isi kepala para instruktur yoga yang bisa hafal setiap detail anggota tubuh dalam sekian ratus pose yoga. Misalnya, ke mana jempol kaki harus menghadap ketika melakukan Virabadhrasana I (???). Menghafalnya aja kan udah susah banget, apalagi kalo harus sabar ngebenerin murid-murid di kelas yang karakter tubuhnya berbeda-beda. Nah, workshop kali ini dibuat dengan tujuan untuk menguasai lebih dalam tentang apa saja yang harus di-adjust, kapan seorang harus meng-adjust, dan bagaimana cara menyampaikan adjustment itu. Buat saya, penting banget untuk menguasai teknik adjusting yang benar dalam beryoga. Kalaupun nggak untuk diterapkan ke murid, selalu bermanfaat untuk diterapkan ke diri sendiri 🙂

Workshop dibuka pukul 10:00 tepat oleh Nash, salah satu guru yoga favorit saya–dan banyak orang. Nash mengisi sesi pembukaan ini dengan memperkenalkan sosok Fei lebih dalam. Seperti yang sudah saya duga, Fei adalah salah satu penggiat yoga yang cukup senior di Indonesia. Fei pun menjelaskan bahwa workshop akan diisi dengan beberapa sesi: centeringself practice, lalu teori.

Ketika Fei memulai sesi workshop, dalam waktu singkat saya dapat langsung merasakan bagaimana Fei sudah sangat berpengalaman memimpin jalannya sebuah kelas. Instruksi yang disampaikan begitu sistematis dengan nada bicara yang tenang, tidak terburu-buru, namun tetap tegas dan jelas. Caranya memimpin sesi centering bener-bener patut diacungi jempol. Baru sampai centering saja saya sudah sangat excited untuk menerima ‘kucuran ilmu’ dari Fei. Setelah centering, para peserta pun melakukan light stretching masih dengan dipimpin oleh Fei sebelum akhirnya dibebaskan untuk melakukan self practice sendiri-sendiri.

Kami diminta untuk menutup self practice dalam pose Balasana. Oh ya, dengan instruksi dari Fei, saya akhirnya bisa merasakan bahwa pose favorit semua orang ini bisa juga memberi sensasi workout tersendiri, bukan cuma untuk relaksasi dan istirahat. Wow.

Lalu, sesi teori yang merupakan inti dari workshop pun dimulai.

Di sesi teori ini, kami tetap aktif bergerak di atas mat masing-masing. Pada dasarnya, dalam sesi ini kami sama-sama ‘membedah’ pose-pose yoga yang paling umum dan–menurut orang–paling basic. Percaya nggak percaya, asana-asana yang terlihat basic ini kalo dibedah detailnya satu per satu dari ujung jari kaki sampe ujung kepala… gak akan ketemu sebelah mana basic-nya 😀 Untuk membedah Adho Mukha Svanasana saja kami menghabiskan waktu sekitar satu jam. Padahal pose itu adalah pose ‘pembuka’ hampir semua sequence yoga.

Kesempatan untuk mendapat tambahan ilmu dari pengajar yoga yang lebih senior memang selalu menyenangkan. Tidak jarang, rasa senang itu justru muncul dari kesadaran bahwa apa yang saya ketahui selama ini ternyata nggak ada apa-apanya. Memang yang namanya ilmu di dunia ini nggak pernah ada habisnya, ya 🙂

Salah satu kalimat yang ‘nyangkut’ banget di kepala saya sepanjang workshop ini adalah sebuah prinsip yang sebenernya kita semua pasti udah tau, tapi baru kemarin saya sadar bahwa prinsip ini sangat signifikan untuk dijadikan penekanan tersendiri:

“Jangan menunggu sampai tubuh kamu diaktifkan oleh asana, kamu yang harus mengaktifkan otot-ototnya secara sadar.”


 

Workshop pun berakhir pada pukul 16:00. Meskipun merasa masih kurang dan pengen ‘ngorek’ ilmunya Fei lebih dalam lagi, saya cukup senang dengan ilmu yang sudah saya dapatkan. Dengan menahan dan mencoba menikmati rasa pegal-pegal di seluruh badan, saya pun pulang di tengah hujan yang menyiram Bandung. Sampai di rumah, saya menghangatkan secangkir susu dan menyeruputnya sambil menikmati udara dingin.

Mudah-mudahan ilmu yang saya dapatkan bisa bermanfaat untuk diri saya orang lain 🙂

Fei dan saya. Maaf buram :(
Fei dan saya. Maaf buram 😦

Namasté.

1minggu1cerita

4 Comments

Leave a comment