Di hari terakhir tahun 2015 kemarin, tiba-tiba tangan saya tergerak untuk kembali menggambar tanpa arah. Maksudnya tanpa arah adalah tanpa mempersiapkan referensi atau membayangkan apa-apa sebelum mulai menggoreskan pensil di atas kertas.
Ini hasilnya. Biasa banget sih emang. Tapi setelah beberapa saat tidak menggambar secara spontan, tanpa referensi, tanpa tujuan, tanpa goal tertentu, rasanya setelah menyelesaikan gambar, saya jadi lebih… ‘segar'(?). Pokoknya tiba-tiba saya jadi lebih ikhlas melepas tahun 2015 dan menyambut 2016. Aneh.
Saya tidak pernah punya resolusi Tahun Baru. Begitu pula dengan tahun 2015 kemarin. Nyatanya, saya bersyukur saya tidak pernah terlalu serius membuat draft apa saja yang akan saya lakukan selama setahun ke depan saat menjelang Tahun Baru, karena setahun kemarin–sejujurnya–banyak hal mengejutkan yang terjadi pada saya tanpa persiapan atau rencana apa-apa.
Dimulai dengan ketika saya tahu bahwa saya hamil. Tanpa rencana, tanpa program, tanpa persiapan. Mulai dari kaget dan menyesal di awal, lalu ketika pada akhirnya mulai bisa merasa bahagia dan bersyukur, kehamilan itu terpaksa disudahi. Tidak berhenti di situ, bahkan secara medis saya disarankan untuk menunggu lebih lama lagi untuk kembali hamil.
Bayangkan kalau saya menulis resolusi 2015 untuk punya anak, pasti kejadian itu itu akan membuat saya jauh lebih terpukul.
Ketika memasuki tahun 2015, saya juga berada dalam kondisi males lari–terutama karena masih sangat tidak puas dengan hasil dari Bajak JKT 2014 beberapa minggu sebelumnya. Bukannya menentukan target PB atau jarak lari baru, saat itu saya malah menghabiskan banyak waktu dengan zumba dan program-program home exercise lain. Saya ngambek sama lari.
Siapa sangka, ternyata di akhir tahun 2015, saya malah menamatkan full marathon untuk pertama kalinya.
Mungkin proses saya mengerjakan gambar ini–secara tidak sadar–menyerupai cara saya menjalani tahun 2015. Melangkah, menjalani, dan berusaha, tanpa harus memiliki bayangan akan hasil akhir yang akan saya capai. Tanpa program (kecuali training plan untuk menghadapi Jakarta Marathon 2015).
Siapa sangka, awal tahun 2016 yang sudah berjalan beberapa minggu ini, ternyata saya jalani dengan berbeda. Selain sebuah pekerjaan yang masih saya kerjakan sejak akhir tahun 2015, ada beberapa hal yang sudah saya rencanakan untuk dikerjakan tahun ini. Percaya atau tidak, bahkan beberapa hal sudah saya selesaikan. Hahaha.
Tapi kalau ada hal yang ingin saya pertahankan dari tahun ke tahun, hanya satu jawabannya: saya ingin selalu menikmati proses yang saya jalani. Kepuasan dalam menikmati setiap langkah yang kita ambil–tanpa harus terus-menerus menanyakan ‘Apakah saya berhasil?’ ‘Apakah saya mencapai target?’ ‘Apakah saya hebat?’–itu yang masih ingin saya pertahankan dalam hari-hari saya di tahun 2016 ini.
Bismillah.
Selamat datang, 2016!